Selasa, 29 Oktober 2013

perjalanan pertama di Qaryah Thayyibah

28 februari 2004
Dear diary
Dee…ini adalah hari pertamaku menggoreskan pena diatas kertas putih bersih dimana aku belum pernah menyentuhmu selama ini. Aku senang karena sekarang aku mempunyai teman baru untuk curhat.
Hari ini aku harus bangun pagi-pagi sekali,karena aku akan mengikuti loka karya di Pandaan Surabaya.
Aku harus menyiapkan keperluanku agar tidak ada yang ketinggalan.
Tepatnya pada pukul 4.30 aku sudah siap untuk pergi. Namun, karena yang mengikuti loka karya bukan hanya aku, melainkan bersama Mas Hilmiy dan Emy, kami harus kumpul dan berangkat bersama-sama. Akhirnya kami kumpul dirumah Mas Hilmiy.
Setapak demi setapak aku keluar rumah dengan ditemani ibuku. Sesampainya dirumah Mas Hilmy ternyata Emy belum datang. Karena azdan subuh sudah dikumandangkan. Aku bergegas mengambil air wudzu dan kemudian sholat. Tak lama kemudian Emy pun datang dengan ditemani ayahnya.
Kami bersiap-siap untuk berangkat. Dengan mobil Ayahnya Mas Hilmy, Mas thohar mangantar kami sampai di Solo karena kami harus naik bus patas.

Sebelum kami ke Solo kami harus menjemput Bu Dwi terlebih dahulu sebab, kami harus didampingi.
Perjalanan keSolo memakan waktu 1 jam. Tepat pada pukul 6.00 pagi. Sebelum kami menaiki bus terlebih dahulu kami sarapan pagi.

 Di bus tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa tidur, makan, mendengarkan musik dan melihat pemandangan kabur dari jendela. Huh ini sangat membosankan bagiku. 4 jam pun telah aku lalui. dan sampailah di Madiun. semua penumpang bisa makan dengan gratis disebuah resturan.

 Setelah makan, penumpang diharapkan masuk kembali untuk meneruskan perjalanan. Sekitar 1 jam kami baru sampai di Surabaya. Akan tetapi kami musti ganti bus untuk menuju ke Pandaan. Sesampainya disana kami langsung menuju ke lokasi.

Dan panitianya pun langsung menunjukkan kamar kami masing masing. aku mendapaktan kamar di cempedak 1, Bu Dwi cempedak 3, Emy cempedak 4 dan Hilmiy Anggrek 2. Di kamar aku tidak sendirian karena aku akan mempunyai 4 teman perempuan tentunya.

Trnyata temanku tidak seumur denganku. Ketika aku sampai, mareka menyambutku dengan “Selamat datang” dan bertanya “Namanya siapa?” Kelas berapa?” aku menjawab nama saya fina saya kelas 1 smp. Dan kamipun berjabat tangan dan berkenalan.yang pertama namanya Bu Dian,Yang kedua Rothua dan yang terahir Bu Wahidah. Ternyata temanku yang satunya belum datang. Aku berharap temanku hampir seumuran denganku. Beberapa saat kemudian aku cuci muka dan setelah itu kekamar Emy.

 Kemudian kami jalan-jalan bersama. Ternyta Bu Muna sudah sampai. Bu Muna juga guru kami dia berangkat dari kediri. Dan Bu Muna mendapatkan kamar di cempedak 2 dekat kamarku.

 Aku dan Emy mencari musholla untuk sholat karena kami belum sholat dzuhur. Setelah sholat dzuhur kami harus sholat ashar karena sudah menjelang ashar
.
Tak lama kemudian semua peserta diharapkan untuk berkumpul diaula. Sekitar pukul 18.00 kami sudah selesai karena sudah menjelang Maghrib. Setelah aku selesai sholat maghrib ada seseorang yang meminjam rukuhku. Aku belum sempat menanyakan namanya. Ketika aku bersiap-siap untuk makan malam Emy kekamarku karena kami akan makan bersama. Tapi, orang yang tadi meminjam rukuh datang dan berkata “ "Hai maaf tadi aku meminjam rukuh tapi, lupa ndak kenalan dulu.” Dan diapun memperkanalkan diri “ namaku Nila “ dan aku menjawab “aku Fina “ dan disusul Emy “ aku Emy” Nila mengajak kami untuk makan bersama. Ternyata Nila itu sudah SMA.

 Sampai ditempat makan ternyata Bu Dwi sedang ngobrol dengan Bu Sri Gurunya Nila. Setelah kami makan kami berkumpul di aula. dan semua peserta merencanakan tentang fieldtrip besok pagi. Sebelum merencankan peserta diharapkan untuk memilih tempat yang disukai. Namun, hanya ada tiga pilihan yaitu hutan, sungai dan mangrove. Ternyata pilihan saya sama dengan pilihan Bu Dwi dan Mas Hilmiy yaitu di hutan. Sementara Emy di Sungai bersama Bu Muna.

Peserta yang memilih tempat masing masing diminta untuk merumuskan pertanyaan. Tepat pukul 22.00 kami semua menuju kamar. Ternyata temanku yang belum datang tadi adalah Luwana yang juga temanku di hutan nanti. Dan dia hampir seumuran dengan aku.
Namun, tak lama kamudian seorang yang mungkin sudah duduk di bangku SMA datang untuk menempati kamar. Dia kebingungan karena tidak ada tempat. Mungkin dia datang terlambat. Tetapi dia sudah lapor ke panitia. Kemudian dia mencari penitia untuk meluruskan masalah. Ternyata Luawna hanya menempati kamarku karena disuruh gurunya. Dan akhirnya dia harus meninggalkan kamarku dan menuju kekamar Emy. Dan akupun tidur sekitar pukul 23.00

28 februari 2004

Hari ini aku bangun pukul 5.00. aku harus sholat subuh. Setelah sholat aku tidak langsung mandi karena masih dingin. Tak lama kemudian aku baru mandi. Pukul 7.00, lalu aku dan Emy sarapan pagi. Kemudian menyiapkan semuanya untuk nanti ditempat fieldtrip. Kami menuju ke lokasi bukan jalan kaki melainkan dengan mobil. Dan akupun menuju kehutan.

Sesampai dihutan kami masuk ke hutan buatan terlebih dahulu yaitu hutan Kaliandra. Disana kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orang yang sudah berpengalaman di Kaliandra tersebut.

Kemudian kami melihat lihat. Setelah itu kami makan. Dan kemudian keliling hutan Kaliandra. Didalam kaliandra tidak hanya terdapat tumbuhan saja. Melainkan ada sebuah fila yang sangat besar. Katanya fila tersebut dibuat dengan mencontoh bengunan di Eopa.
Ada juga peternakan sapi.

Pada pukul 15.00 kami pulang. Dan akupun tukar pengalaman dengan Emy. Malam harinya aku melihat seorang anak yang sedang gelisah dia mondar mandir kesana kemari. Ternyata anak itu mau bilang kepanitia bahwa ada temannya yang sedang ulang tahun, dan mengharapkan agar peserta memberinya kejutan. Kemudian, panitia menyampaikan kesemua peserta. Lalu kami sepakat akan memarahinya karena dia terlambat. Dan hukumannya adalah minta maaf kepada semua peserta dengan berjabat tangan. dan ditengah-tengah kami menyanyikan lagu “selamat ulang tahun”.

Setelah memberi kejutan keanak tersebut kami menyusun jawaban-jawaban yang kami tanyakan tadi pagi.
Pukul 23.00 kelompokku sudah sesesai sendiri. Dan sebelum kembali ke kamar ternyata ada beberapa snack dari anak yang ulang tahun tadi. Dan sampai kamar ternyata  aku sendirian karena teman-teman yang lain belum selesai.
Pukul 23.30 aku tidur.





















































Kamis, 31 Juli 2008

2008


Kelas bukan lagi jadi andalan. Tidak ada kelaspun belajar tetap berlanjut. Tahun ini sekolah Alternatif mengubah sistem untuk yang kesekian kali. Karena dirasa kelas sangat tidak efektif. Terlalu sulit menyatukan siswa-siswa yang memiliki obsesi yang berbeda-beda. Karena itu saat ini kelas hanya wadah mempererat kebersamaan siswa satu angkatan.
Pertemuan kelas hanya ada satu kali dalam satu minggu. Yaitu untuk membahas apa saja yang sudah di dapat dan jika ada kesempatan, anak satu keals membuat proyek bersama. Proyek bersama yang menyatukan berbagai perbedaan.
Di hari-hari lain, siswa bebas belajar apapun sesuai keinginan. Saat MOS, sempat terbentuk berbagai macam forum. Diantaranya, Forum Filsafat, ROHIS, Sastra, English Community, teater, sanggar seni, Komputer, technology, psikolog, gender, kesehatan herbal dan medis.
Hari-hari diisi dengan kegiatan forum. Semua siswa dari berbagai angkatan berpencar mencari forum yang diminati. Tujuan dari pembelajaran melewati forum-forum adalah supaya siswa lebih konsen ke bidang yang disukai. Sehingga tidak ada paksaan, tidak ada kekangan, dan siswa bisa belajar fokus.
Menciptakan suasana nyaman Berusaha mensejahterakan diri dengan tetap melatih kemandirian. Kedisiplinan sendiri tidak dituntut dari sekolah, tapi merupakan tanggung jawab masing-masing person. Sehingga semua siswa bertanggung jawab atas kedisiplinannya sendiri. 
Segala macam bentuk peraturan sekolah, siswa ikut berpartisipasi di dalamnya.
Setiap siswa dituntut untuk tidak berpikiran sempit masalah belajar. Tujuan belajar tidak berhenti sampai pada ujian saja. Tapi cara pandang diperluas agar belajar tidak terkekang oleh waktu.
Siswa Alternatif bebas mencoba berbagai hal. Menumbuhkan semangat untuk terus berkarya dan berkreasi. Setiap siswa mencoba mengenali potensi diri. Belajar percaya diri dengan kemampuan dan kemandirian.
Mungkin Alternatif lebih tepat jika disebut Komunitas Belajar. Karena sangat jarang ada unsur formal yang masuk di tempat belajar kita.
Nilai bukan suatu tuntutan mutlak bagi siswa. Bahkan nyaris semua siswa tidak mempercayai nilai sebagai alat ukur. Pandangan belajar untuk memperoleh nilai yang bagus sudah tidak berlaku di komunitas ini.
Yang terpenting bagi siswa adalah bisa belajar dengan baik untuk menjadi manusia yang berdaya.
Nyaris tidak ada kompetisi atau saingan. Karena tidak ada siswa yang dipandang paling pintar atau paling bodoh. Semua siswa dianggap memiliki kesempatan yang sama dengan kelebihan masing-masing.

MY SHCOOL

SEKOLAHKU TEMPAT TERBAIK PENGHILANG RASA SUNTUK
(Fina Af’idatussofa 5/27/2007)
Suasana depan TU memang selalu dipenuhi oleh siswa-siswa yang berlalu-lalang. Yang kadang mau ke ruang atas, ke kelas, ke dapur, ke ruang tamu, atau mau ke luar dari arena sekolah. Di situlah jalur alternatif yang paling menarik sebagai tempat untuk dilewati.
Text Box: Dok Anak QT “Suasana Depan TU” Karena itu, sebuah papang pengumuman tidak terpampang di Mading melainkan di tempat super diminati seperti itu.
Begitu lewat, tak jarang ada yang menengok dulu ke papan pengumuman. Kali aja ada pengumuman menarik. Begitu ditelusuri satu persatu setiap tulisan pengumuman yang tertera di kertas-kertas, pasti kebanyakan adalah pengumuman tentang forum-forum.
Forum beladiri, forum teater, forum IT, forum Akademik, Forum Seni, Forum Ekspresi, forum Otomotif, Forum Majalah, Forum Vocal, forum Agama, forum kedokteran, forum filsafat, forum majalah, forum musik, forum lukis, forum multimedia, forum film. Dan lain-lain dan sebagainya.
Tiap siswa berhak memasuki forum yang disukai. Tak peduli bisa atau tidak, tetap tidak ada seleksi. Yang paling ditonjolkan adalah minat dan ketertarikan.
Siswa memasuki suatu forum tidak berdasarkan kemampuan yang super high. Tapi berdasarkan kebutuhan. Jika memang dirasa bosan, masih bisa ganti forum yang lain. Dengan begitu, siswa tidak jenuh dengan forum-forum yang seabreg itu. Siswa juga tidak wajib untuk saklek mengikuti suatu forum secara paten. Semua dituntut memiliki kesadaran masih-masing dan kesukaan masing-masing untuk belajar apapun yang disukai.
Membuat suatu komunitas belajar sederhana di sekolah sudah menjadi hal yang biasa. Membuat jurusan sendiri juga menjadi hal yang tak asing. Jadi jangan heran jika menemui anak ahli Biologi yang juga sekaligus ahli Bahasa. Itu dikarenakan siswa bebas menetukan forum dan komunitas sebanyak-banyaknya yang disukai. Moto hidup anak Qaryah Thayyibah adalah belajar sepanjang masa. Jadi belajar apapun, kapanpun dan dengan siapapun.
Banyak narasumber. Termasuk tamu-tamu yang berdatangan, yang mempelajari tentang pendidikan Qaryah Thayyibah. Tentu saja biasanya yang berdatangan bukan orang sembarangan. Karena itu, siswa juga merasa berhak mengambil manfaat daripada apa yang dimiliki mereka.
“Mereka dapet something dari kita, kita juga mustinya dapet something dari mereka,”ujar salah seorang siswa SMP QT.
Contohnya saja Mas Alvian. Mahasiswa UNS ini pernah berkunjung selama kurang lebih dua bulan. Dia benar-benar merasakan kehidupan di sekolah Alternatif. Akrab dengan siswa-siswa, memahami karakter siswa, dan yang penting adalah ia juga memahami system dan konsep sekolah kami.
Waktu itu, dia memiliki kepentingan membuat tesis arsitek. Ia mencoba membuat tesis dengan jalur alternatif. Yang dibuat juga bukanlah desain gedung bertingkat seperti lazilmnya mahasiswa arsitek lain. Ia justru mendesain sebuah komunitas desa. Karena itu, ia merasa Sekolah Alternatif adalah sumber inspirasi yang tepat.
Nah.. mumpung ada orang pinter, para siswa juga tidak menyia-nyiakannya. Kebanyakan siswa berusapaya menyerap ilmu-ilmu arsitek milik Mas Alvian. Mulai dari desain, sampai cara menghitung ini dan itu. Hingga akhirnya muncullah ketertarikan beberapa siswa di bidang arsitek. Selama dua bulan, secara tidak sadar Mas Alvian sudah menjadi guru atau kami sering menyebutnya sebagai resource person. Selanjutnya setelah Mas Alvian sudah selesai mengerjakan tugasnya, siswa-siswa mulai mempraktekkan dari apa yang didapatnya dari Mas Alvian. Banyak anak yang suka desain-desain rumah lewat program computer yang sudah dicopynya dari Mas Alvian.
Text Box: Suasana di ruang TU Dan pada gilirannya, anak-anak yang benar-benar tertarik pada arsitek mulai menunjukkan ekspresinya. Mereka mendesain gedung resource centre yang akan dijadikan perpustakaan besar untuk masyarakat sekitar. Setelah itu, mereka mengukur panjang lebar, dan memperkirakan ini dan itu di lokasi dimana gedung itu akan berdiri. Mereka juga memperhitungkan berapa banyak jendela, memperkirakan cahaya yang masuk, dan berusaha membuat ruangan itu tetap mendapat cahaya yang banyak. Dan sekarang, bisa kita lihat hasil karya anak arsitek. Sebuah gedung resource centre yang baru dibangun, dan hampir jadi kini telah berdiri di sebelah sekolah.
Itu baru anak arsitek, belum anak majalah, anak teater, anak kedokteran, anak musik, dan anak-anak lain yang belajar langsung dari realita kehidupan. Bisa dibayangkan, anak Alternatif yang belajar filsafat langsung berpikir dan memadukan semuanya dengan realita. Hasil pemikiran mereka tidak hanya memadukan pemikiran orang yang biasa ditulis di buku, tapi mereka juga berpikir langsung dari kehidupan nyata di sekelilingnya.
Text Box: Shooting Film Anak-anak yang mengambil jurusan film juga jarang belajar teori. Mereka langsung praktek menggunakan peralatan sederhana dan apa adanya. Yang pasti berekspresi bebas. Dan sekarang di QT, akan ditemui seabreg sutradara-sutradara film. Hampir lima film telah digarap siswa-siswa QT. Mulai dari Sutradara, penulis naskah, cameramen, pemain, editing, property dan lain sebagainya semua digarap dan dikerjakan siswa sendiri. Dengan perhitungan dan perkiraan masing-masing. Mereka juga tidak belajar terlalu lama untuk mengahsilkan sebuah film. Belajar langsung praktek menjadi kebiasaan mereka. Cameramen juga langsung pegang camera sambil belajar mengoprasikannya, editing film juga langsung berhadapan langsung dengan program edit film, dan belajar mengedit saat itu juga. Sambil banyak membaca atau mencari tahu tentang dunia perfilman lewat internet, buku, atau apapun dan siapapun.
Untuk anak musik, mereka cenderung belajar otodidak atau belajar bersama dengan teman lain. Bagi mereka, teman juga bisa jadi guru. Karena belajar dengan teman biasanya malah nggak pernah sungkan.
Organ dan gitar-gitar juga tersedia di QT. Fasilitas memang terbatas, tapi justru itu yang membuat siswa merasa ingin optimal dalam menggunkaan fasilitas yang ada. Musik bisa digunakan siapa saja. Tidak ada jam tertentu untuk belajar musik. Tiap siswa bebas menggunakannya. Hingga pada gilirannya, muncullah musisi-musisi di Alternatif. Mengarang lagu, dan mengaransemen musik sudah bukan lagi menjadi hal yang asing. Dan yang pasti mendapat respon bagus dari pihak sekolah dan dari teman-teman lain.
Anak teater juga memiliki kemampuan acting yang serius. Bermula dari berkumpulnya beberapa anak yang membuat suatu forum teater. Hingga kemudian dibuka casting yang akhirnya semua peserta tidak ada yang ditolak alias semuanya diterima meski dengan kemampuan yang berbeda-beda. Semua menyadari bahwa tiap anak memang sedang tahab belajar, karena itu tidak ada satupun yang ditolak untuk mengikuti teater. Dengan satu sarat, anggota harus benar-benar berminat.
Dan pada gilirannya pada pertunjukan teater, semuanya berperan aktif. Entah yang jadi pemain, atau yang jadi property. Semua memiliki kemampuan masing-masing.
Masih banyak forum-forum yang memiliki metode dan system belajar sendiri-sendiri. Semua siswa yang menentukan.
Sekolahku, Hidupku. Sekolah Alternatif bagi sebagian besar siswa, membuat hidup terasa lebih hidup. Siswa bebas menentukan apa saja yang menjadi keinginan siswa. Tapi jangan salah, siswa juga tidak dipaksa untuk berekspresi. Bagi siswa yang ingin belajar kurikulum biasa, atau belajar hal yang berkaitan dengan akademik juga tidak jadi masalah. Yang penting enjoy dan menikmati apa yang memang menjadi keinginan siswa.
Text Box: Suasana Kelas SMU Tiap kelas memiliki system yang berbeda. Itu dikarenakan siswa-siswa tiap kelas memiliki karakter, kebutuhan dan masalah yang berbeda. Dari kelas satu Ahmad Dahlan atau Hasyim As’ari sampai anak kelas Creative kids memiliki konsep pembelajaran yang berbeda. Tentu saja yang membuat konsep dan system tak lain dan tak bukan adalah siswa. Jika sudah bosan dengan konsep atau dirasa konsep kurang memuaskan, siswa biasa merapatkannya dan mengubah system dan peraturan yang telah dibuat sebelumnya.
Suasana sekolah juga selalu ramai. Musik bisa terdengar di sana-sini. Riuh anak berekspresi bebas. Sekolah memang tempat penghilang stress yang tepat. Berkumpul dengan siswa-siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda tapi tetap pada suatu wadah kebersamaan.
Kelihatannya memang tanpa beban. Tapi begitu merasakan langsung kehidupan Sekolah Alternatif, barulah terasa ada banyak hal memang masih harus dipikirkan. Tidak jarang ditemukan siswa yang jenuh dengan konsep dan system kelasnya. Hingga akhrinya, butuh berpikir keras untuk membuat system yang lebih menarik. Ada juga siswa yang bermasalah dengan forumnya, hingga kemudian membuat siswa terus berpikir mengenai apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk mewujudkan apa yang diingikan forumnya.
Di suasana yang lain, akan terlihat beberapa siswa berlalu lalang cari teman yang memiliki ketertarikan sama terhadapnya. Setelah itu pasti banyak pula yang bingung menentukan siapa narasumbernya.
Paradigma negatif tentang sekolah kami acapkali terjadi. Masalah-masalah juga banyak ditemukan. Jika suasana sekolah sedang pada titik KACAU, jangan heran jika mulai dari kelas satu sampai kelas empat sering bubar dan tidak karu-karuan. Kadang, siswa-siswa memiliki semangat yang super high, tapi kalau sudah menemukan titik jenuh, semangat mereka bisa turun drastis. Yang kemudian membuat semua anak berpikir dan terus berpikir untuk membuat suasana sekolah menjadi menyenangkan. Dan sering membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk itu. Semua berpikir bagaimana caranya agar bisa belajar efektif. Jadi di Alnternatif sudah bukan zamannya lagi ada siswa yang pengen bebas gara-gara dikekang. Yang ada adalah siswa pengen belajar gara-gara ada yang merasa terlalu bebas. Karena itu yang ada di benak siswa adalah belajar dan terus belajar. Memunculkan sesuatu yang baru, membuat konsep dan system yang baru dan tidak membosankan. Membuat proyek baru yang menantang. Mencoba dan terus mencoba.
Hingga pada gilirannya ketika semangat siswa melejit, semua berekspresi dengan gaya belajar masing-masing. Tidak monoton dan sangat menyenangkan. Munculnya masalah-masalah membuat siswa merasa harus berpikir mandiri dan menanggapi segala masalah dengan bijak dan dewasa.
Text Box: Kebersamaan Tidak ada nilai di sekolah, tidak ada rangking dan tidak ada siswa paling pintar. Semuanya sama. Karena itu semua menjadi terbuka lebar untuk berbagi dengan yang lain karena tidak pernah merasa ada saingan. Semua dilakukan untuk bersama. Tidak ada yang ingin jadi yang terbaik. Semua merasa menjai saudara seperjuangan. Merasa menjadi asset bangsa yang saling melengkapi.
Semua belajar sebebas-bebasnya tanpa mempedulikan nilai-nilai angka. Siswa menghargai proses. Siswa penasaran, siswa mencoba. Tidak ada batasan bagi siswa yang mau belajar sapa saja.
Dan satu hal yang membuat siswa meresa menikmati sekolah, yaitu semua siswa tidak ada yang merasa puas dengan system dan konsep sekolah. Tidak ada yang merasa sudah pintar. Semua masih merasa butuh belajar banyak hal. Dan semua merasa sedang perproses. Dari ketidak puasan itulah, semua siswa menjadi tertuntut untuk tidak pernah berhenti berpikir.
Karena itu mungkin tiap tahun atau bahkan tiap bulan, konsep Sekolah Alternatif Qaryah Tahayyibah serta pemikiran-permikiran kami juga akan berbeda. Jadi, tidak monoton dan saklek pada suatu konsep dan pemikiran. Semuanya berkembang sejalan dengan apa yang sedang kami hadapi di kehidupan nyata. Yup belajar bisa dimana-mana, dengan siapa saja, belajar sepanjang masa.
Dunia sekolah kami,
Semesta laborat kami,
Kehidupan pustaka kami,
Siapapun itu guru kami

Rabu, 30 Juli 2008

June

Monday, June 19, 2006
Rasa Kebersamaan Di Sekolah

Menjalin pertemanan memang sangatlah mudah, tapi untuk mempertahankan kebersamaan dalam pertemanan itu sangat sulit. Sejuta realita telah terungkap, ternyata menjalin pertemanan di sekolah sangatlah sulit. Mungkin lebih mengarah pada diskriminasi antar siswa. Entah itu siswa yang kaya dengan yang kaya, yang pintar dengan yang pintar, yang cantik dengan yang cantik, dan masih banyak lagi kelompok-kelompok atau geng yang justru memojokkan siswa lain yang memiliki perbedaan.
Hal-hal yang demikian sangat bertolak belakang dengan realita kehidupan di sekolahku. Jika diamati, memang sebenarnya banyak perbedaan antar siswa. Tapi, perbedaan-perbedaan itu hampir tak terlihat menojol. Mungkin, rasa kebersamaan yang kami miliki cukup untuk menghapus perbedaan-perbedaan pada kami. Pertemanan di sekolah tak pernah mengenal status siswa, juga tak pernah mengenal materi. Kedekatan adik kelas dengan kakak kelas sangat terasa. Terlihat ketika istirahat, semua siswa akan berbaur jadi satu. Tak heran jika siswa dapat mengenali semua siswa di sekolah. Bahkan, siswa bisa akrab dengan siapa saja yang ada di sekolah. Kakak kelas juga tak ada yang merasa lebih senior atau lebih berkuasa di sekolah. Semuanya sama, semuanya saudara, semuanya satu tujuan dan satu misi, yaitu untuk belajar.
Dalam kegiatan belajar, semua murni untuk belajar atas kebutuhan siswa. Tak ada dalam kamus adanya siswa yang bersaing dengan siswa yang lain. Ilmu-ilmu yang dimiliki siswa tak pernah diumpat dan dinikmati sendiri. Semua berlomba-lomba untuk mencari ilmu dan berbagi ilmu dengan yang lain.
Masalah demi masalah yang dihadapi sekolah, selalu dibahas dan berusaha diselesaikan bersama-sama. Biasanya, semua siswa dari SMP maupun SMU akan berkumpul di masjid setelah sholat dhuhur dan kemudian membahas masalah demi masalah yang sedang dihadapi. Pendapat demi pendapat terkuak dari siswa SMP maupun siswa SMU. Semuanya dilatih untuk bisa mengutarakan keinginan siswa. Bukan hanya masalah saja yang biasanya dibahas, banyak peraturan-peraturan sekolah yang dibentuk dari diskusi antar siswa dari SMP juga SMU. Dari pembuatan peraturan sendiri tersebut, siswa akan merasa bertanggung jawab atas peraturan itu. Pihak sekolah tak pernah menggugat peraturan yang telah dibuat siswa, asal itu positif dan bermanfaat untuk siswa maupun sekolah.
Rasa memiliki antar siswa membuat kebersamaan lebih erat. Apalagi mengingat bahwa semua siswa memiliki misi untuk berjuang, semuanya merasa senasib sepenanggungan. Kebersamaan yang begitu melekat membuat siswa mampu mengetahui karakter siswa lain dari siswa SMP sampai siswa SMU. Jadi tak heran jika melihat kedekatan siswa satu dengan siswa yang lainnya.
Di sekolah, memang tak ada organisasi semacam OSIS. Penyusunan acara biasanya dirancang oleh siswa di suatu kelas. Tak hanya siswa SMU atau siswa yang lebih senior yang biasa menyusun suatu acara sekolah, bahkan siswa SMP pun juga dituntut untuk bisa menyusun acara. Agar antara satu dengan yang lain tak ada ketergantungan, tapi bagaimana siswa bisa membudayakan semangat untuk berkarya nyata.
Kreatif dan percaya diri ditanamkan penuh di sekolah. Melihat kebersamaan yang begitu erat, dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang dimiliki siswa. Jadi, tak ada kata minder. Bahkan untuk berkarya, semua siswa jadi semangat menunjukkan karya-karyanya. Selain ada semangat dari teman-teman, juga ada kepercayaan diri yang dimiliki siswa. Tak ada kata minder, yup.. benar sekali. Siswa tak pernah minder dengan karya yang dimilikinya, karena di sekolah tak ada siswa yang menilai seberapa tinggi nilai karya yang dimiliki siswa lain. Maksudnya, tak ada karya yang dinilai buruk. Semua karya sangat dihargai penuh.
Tak ada saingan di sekolah. Itu juga yang melatari kebersamaan siswa lebih lekat. Terlebih lagi, siswa menjadi lebih antusias dalam mencari segudang pengetahuan. Semangat mencari dan berbagi ilmu sungguh dirasakan di sekolah. Rasa saling menghargai ditanamkan penuh oleh siswa sendiri.
Dari pertemanan yang tak mengenal perbedaan, semua siswa terlihat sangat aktif. Mungkin akan sangat jarang menemukan siswa yang pendiam di sekolah kami. Semua siswa bukan ingin menjadi yang lebih baik dari yang lain, bukan juga ingin menjadi yang terbaik dari yang lain. Tapi siswa selalu ingin menjadi yang lebih baik dari yang sebelumnya, juga menjadi yang terbaik untuk dirinya sendiri juga untuk orang lain.
Best student, kata itu tak berlaku di sekolah. Karena semua siswa adalah yang terbaik. Tak ada juga kata siswa terpintar, siswa terteladan, siswa ter-rajin, semua siswa dianggap sama. Semua pintar, semua teladan, semua rajin, dan yang pasti semuanya haus akan ilmu. Dari persamaan tersebut, semua siswa menjadi tambah bersemangat untuk mencari ilmu atas kebutuhan yang dimiliki siswa sendiri.
Menjalin pertemanan di sekolah kami sangatlah mudah, tak sesulit menjalin pertemanan di sekolah-sekolah pada umumnya. Adik kelas tak pernah merasa minder untuk berteman dengan kakak kelas dan kakak kelas juga tak pernah merasa gengsi untuk berteman dengan adik kelas. Jadi pertemanan di sekolah kami terjalin dengan siapa saja.
Semua siswa memiliki semangat untuk belajar sepanjang masa, demi menuju generasi bangsa yang cerdas dan berbudaya. Semua merasakan betul bahwa belajar adalah untuk semua, demi menuju insan Indonesia yang arif dan bersaudara. Dengan semangat yang baru semua bersama-sama menuntut ilmu untuk maju. Dengan semangat membara, semuanya mengukuhkan cinta dan cita-cita.
Dengan kebersamaan, siswa berusaha merubah naluri berkuasa menjadi naluri berbagi. Dengan rasa memiliki, siswa terlatih untuk selalu menghargai siswa satu dengan siswa yang lain. Begitu mata terbuka, begitu telinga tegak mendengar, begitu hati turut merasakan, keberasamaan di sekolah kami teramat sangat membantu kami dalam penempuhan perjalanan siswa dalam mencari ilmu.
Kebersamaan sangat diperlukan. Selain untuk melatih emosional siswa, juga dapat mengurangi kecemasan psikologis siswa. Perkembangan demi perkembangan akan terlatih di jiwa siswa, budaya berbagi akan terlihat, sifat menghargai akan tumbuh dengan sendirinya. Karena itu, sekolah kami sangat menekankan kebersamaan. Bukan demi kemajuan sekolah, tapi yang terpenting adalah demi kemajuan siswa.
Menjadi tak ternilai harganya begitu kebersamaan telah tertanam. Semua akan benar-benar merasakan kemerdekaan dan kebahagian tersendiri. Bukan untuk apa-apa, tapi kebersamaan akan lebih mengarah pada kepuasan batin. Melalui kebersamaan, akan tercetak manusia-manusia beradab. Dengan kebersamaan pula, ilmu kita akan menjadi lebih bermanfaat, dan dengan kebersamaan juga semangat berbagi akan kembali tertanam.
Salah satu keberhasilan siswa adalah bagaimana siswa bisa mempertahankan kebersamaannya dengan teman-temannya. Keberhasial siswa tak hanya dinilai dari kemampuan siswa, atau kepintaran yang dimiliki siswa. Tapi keberhasilan itu sendiri akan lebih terasa jika siswa yang berilmu telah mampu membagikan apa yang dia ketahui dengan teman-temannya.
Untuk merubah bangsa sendiri, juga diperlukan kebersamaan. Salah satu kehancuran bangsa adalah hilangnya kebersamaan. Sifat individualisme juga akan sangat meresahkan bangsa. Terlebih lagi dengan adanya orang-orang yang tercetak untuk menjadi penguasa yang menindas orang-orang lemah, semua itu sangat tidak etis. So, Lets build our togetherness for our generation

2006

Jumat 3 Juni 2006

Rasanya baru kemaren aku bingung buat nentuin SMP. Waktu itu, aku bener-bener nggak nyangka kalau akhirnya aku harus sekolah di sebuah sekolah global yang ada di desaku. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Bahkan, konsep sekolah yang sebenarnya aja aku lom mudeng sama sekali. Mungkin bisa dibilang aku hanya ikut-ikutan. Yang jelas saat itu yang ngebuat aku tergiur adalah ketika ada isu kalau yang sekolah disitu bakalan bisa ke luar negri nantinya. Suasana kelas waktu itu begitu mengerikan. Bayangin aja, sekolah hanya ada satu ruangan yang memuat 12 siswa. Apa nggak kebangetan? Yang kupikir saat itu adalah bagaimana nantinya siswa 12 ini bakalan jadi ilmuan besar yang berguna. Keadaan sekolah sepi banget.
Aku juga masih inget kalau pas istirahat kita semua dapet jatah susu. Padahal, aku nggak begitu doyan ama susu. Alhasil, setiap hari aku rutin ngebuang susu. Abis, kalau abis minu susu murni biasanya pakek ada acara muntah atau sakit perut gara-gara muneg-muneg. Sampai akhirnya ketahuan juga deh ama pihak sekolah. Ternyata yang ngebuang susu bukan cuman aku, tapi banyak temenku yang juga nggak betah buat terus-terusan minu susu. Bisa dibilang yang doyan susu cuman tiga orang. Kalau nggak salah, Izza, Amik ama Eny. Yang lain, ngapain lagi kalau nggak ngebuang susunya. Tahu gitu jadinya, akhirnya hari minum susu dikurangi. Jadi, satu hari minum susu, satu hari minum jus tomat. Wuah, aku kan paling suka tuh ama yang namanya tomat.
Acara minum susu ama jus tomat tuh nggak berlangsung lama. Karena nggak lama setelah itu, kami seepakat buat makan bubur di rumah mbah lam. Kalau gitu kan semuanya pada suka. Sampai suatu saat kita bosen ama bubur. Dan terus diganti deh ama makan nasi plus lauk and sayur. Semua dibuat ama mbah Laminah. Kelas satu, kita masih rada bego. Udah gitu, nggak mudeng apa-apa lagi. Yang ada sekolah tuh cuman buat diajar. Udah bener-bener kaya kejar paket. Nyedihin banget kan? Udah sepi, guru juga dikit, komputer kadang nggak hidup. Internet juga kadang ngadat. Kalau udah istirahat pada ribut kaya anak SD. Apalagi Eny ama Hilmy, wuih kerjaannya berantem mulu. Nggak bosen-bosennya mereka tawuran terus ampek sekarang.
Yang nggak pernah lupa tuh waktu diajak rekaman ke Solo. Wuih kebersamaannya lekat banget.
Kelas dua, kita dah mulai hidup. Fasilitas rada memadahi. Rada seneng juga sih punya adek kelas. Apalagi, internet terus-terusan connac. Bisa online terus sampe malem. Tiap kelas ada internetnya, ruang guru ada internet, ruang komputer ada internet. Pokoknya puas banget deh.

. Aku juga makin ngerti dengan konsep sekolahku. Aku baru sadar kalau sekolahku tuh lebih mementingin siswa dalam berinteraksi dengan masyarakat. Kita juga mulai dikenalin ama dunia shooting. Biar deh biar cuman di shoot. Tapi, kita selalu bertekad kalau sekarang kami yang di shoot berarti ntar kita juga bakalan bisa jadi yang ngeshoot. Senengnya kalau pas pelajaran bahasa Indonesia kita sering banget wawancara. Bisa nambah wawasan deh. Di kelas dua banyak banget stasiun TV yang ngeliput kegiatan belajar kita. Media-media juga berdatangan.

Sekolahku tuh semacam home schooling yang lagi marak di Amerika. Bedanya kalau di Amrik malah mahal banget soalnya gurunya harus yang professional. Kalau di sekolahku tuh murah karena gurunya hanya dituntut untuk belajar bukan menyuapi siswa buat belajar. Tapi bagaimana mengajak siswa untuk sama-sama belajar. Nggak ada istilah mengajar dan diajar.

Kelas tiga, kami mulai berkarya.. Yang kemarennya kita rekaman dan direkam, yang kemarennya kita dishoot, sekarang kita udah mulai nyoba buat ngerekam sendiri, trus ngeshoot sendiri. Kita dah mulai terjun ke dunia perfilman. Kita sering bedah film. Yang biasnya kemarin kita ngeliat film mikirin ceritanya doang. Sekarang, nggak hanya itu. Mulai dari pemain, sutradara, editor, juga cameramen di pikirin. Yang paling sering kita pikirin tuh alur cerita ama actingnya.

Yang paling ngebuat kita berkesan adalah waktu kita ngeliat film Catatan Akhir Sekolah. Itu kan, kita banget gitu loch. Acara cinta-cintanya cuman dikit. Cuman jadi selingan malah. Yang paling menonjol dari film itu adalah kegigihan siswa dalam berkarya ngebuat film dokumenter. Dari situ, aku ngedapet semangat buat berkarya lagi. Aku ama temen-temen juga semakin semangat buat ngedit film yang udah kita buat. Emang sih, ngedit film susah banget. Makanya, kita nggak beneran ngedit film. Jadinya, kita malah ngedit behine the scene nya. Keputusan terakhir aku bareng Mb Maya ngebikin film dokumenter yang berjudul behine the scene.

Sabtu 4 Juni 2006

Nggak nyangka, akhirnya aku jadi juga survei gempa ke Jogja. Gempa yang terjadi pada hair Sabtu 27 Mei 2006 emang udah banyak menghadirkan kisah duka. Ribuah rumah runtuh dan ribuan orang luka-luka bahkan banyak yang meninggal.

Pagi itu disela kesibukan dalam keheningan subuh, warga Jogja dikejutkan oleh gempa yang begitu dahsyat. Gempa tersebut belum pernah dialami sebelumnya. Kepanikan terus bermunculan. Semua histeris berteriak. Mereka masih trauma dengan tsunami yang terjadi di Aceh 26 Desember 2004 yang lalu. Suasana kota jogja begitu mencekamkan. Semua berlari ke luar rumah. Kegelisahan akan hadirnya tsunami akhirnya mereda. Setelah diteliti, sekala gempa mencapai 5,9.

Jogja, kini meninggalkan kegetiran yang teramat dalam. Kota Jogja merupakan kota pelajar. Jadi terang aja kalau banyak banget yang panik. Sebagian rakyat Indonesia telah menimba ilmu di sana. Orang-orang besar pun banyak yang pernah bernaung dan memiliki kenangan indah di Jogja. Selain sebagai kota pelajar, Jogja juga terkenal dengan objek wisatanya. Begitu banyak orang yang menikmati keindahan Jogja.


Senin 5 Juni 2006

Hari ini, aku bersama beberapa orang temanku mengunjungi teman-teman kami yang bersekolah di sekolah global yang ada di Ketapang. Pasalnya, kami ingin mengakses internet di sana. Selain itu, kami juga pengen ngeliat konsep skulnya.
Seminggu yang lalu kami juga sempat berkunjung. Tapi, semua siswa udah cabut dari sekolah. Jadi, kami cuman menikmati internet dan Lele goreng plus sambel yang disediain sama pengelola. Makanya, sekarang kita ke sananya agak pagian.

Konsep sekolah di Ketapang hampir sama dengan konsep yang ada di sekolahku. Tapi, keadaan sekolah tersebut lebih konsen ke alam. Lingkungan di sana juga begitu mendukung untuk pengembangan siswa. Kelasnya dibuat benar-benar terbuka. Sekitar kelas banyak banget tanaman, bunga-bunga, buah, juga ikan-ikan yang dibudidayakan. Ruangan komputer berada disekitar kebun. Suasananya benar-benar sejuk dan nyenengin banget. Ditambah lagi, semua siswanya kreatif dan cukup lihai dalam berkreasi. Memang baru ada dua kelas itu pun hanya kelas satu yang terbagi atas satu A dan satu B. Tapi suasananya tetap nyenengin.
Sekolah Alternatif sudah banyak yang berdiri, mungkin sekitar sebelas titik.

Tadi sempet nggak enak juga sih, niat kami ke sana kan cuman pengen main doang. Eh nyampek sana malah pakek disambut segala. Jadi ngerasa ngeganggu jugua sih. Tapi, tetap pada seneng. Abis, kami sharing juga ama temen-temen dari sana. Mulai dari kenangan pahit sampe kenangan manis.

Kami yang dari Kalibening menginginkan keadaan sekolah yang seperti itu pula. Dimana kami bisa sering berteman dengan alam. Sampe akhirnya guru sana nawarin kita buat belajar di sana segala. Yah mungkin cuman satu bulan atau dua bulan. Lama banget kan?. Tidurnya di tenda lagi.

Hampir lima jam kami menghabiskan waktu di sana. Perjalanan dari sekolah ke Ketapang emang rada jauh juga sih. Tapi, jalannya cukup ekstrim and seru banget.

Selasa 6 Juni 2006

Hari ini semua siswa di kelasku kembali berkumpul. Kali ini nggak lagi membiacaraakn soal disertasi tapi udah ke pembahasan masalah kurikulum vite. Hampir dua jam kami semua berdiskuksi.

Seperti biasa, jika ada forum diskusi, semuanya angkat bicara. Nggak ada yang namanya pasif menerima keputusan. Semua memberian pendapat.

Suasana kelas udah nggak seperti forum diskusi tapi udah kaya pasar ayam yang kelaperan. Semuanya cerewet banget. Termasuk aku sendiri. . Jadi, diskusinya lama banget deh.

Selepas makan di jam istirahat, aku mulai lagi ngedit film ama mb Maya.
Kami ngebut buat ngejadiin film dokumenternya. Soalnya, film itu emang kami jadiin bahan disertasi kami. So, film juga musti cepet-cepet jadinya. Apalagi mengingat senin disertasi udah harus dikumpulkan di kelas. HMmm kami jadi semangat banget buat ngejadiin filmnya.

Kamis 07 September 2006

Hari ini mungkin akan menjadi hari terakhir bagi Pak Akhmad untuk menemani kami dalam belajar di SMU. Entah besok, entah lusa, Pak Akhmad sudah memutuskan untuk meninggalkan kami sementara waktu. Tapi entah sampai kapan.
Pak Akhmad ingin konsen dalam menghafalkan Al-Qur’annya yang selama ini sempat tertunda karena saking sibuknya menjalani aktifitas di Alternatif.
Sudah sedari kelas satu SMP, Pak Akhmad terlibat penuh di SMP. Sejak itu pula lah Pak Achmad memulai perjuangan bersama kami yang saat ini sudah di SMU. Pak Achmad yang senantiasa terjun dalam suka dan duka bersama kami, yang selama ini membimbing kami, yang selama ini memberikan contoh-contoh dan teladan untuk kami, yang selama ini selalu berbagi ilmu dengan kami, yang selama ini tahu tentang kami, yang selama ini selalu cerita tentang suka dan dukanya, Dan yang selama ini sudah menjadi bagian dari kami.
“Sebenarnya sudah lama ada rencana untuk meninggalkan Kalibening. Tapi, selalu nggak ada time yang tepat. Dan mungkin ini adalah saat yang tepat” ucap Pak Achmad di sela haru di kelas kami, tepatnya di rumah Zulfi.

Pak Achmad ingin meneruskan keinginannya untuk memperdalam Al-Qur’an. Kami nggak bisa memberikan hadiah istimewa untuk Pak Akhmad, hanya sebuah kenang-kenangan dan doa agar cepat menyelesaikan dalam menghafal dan segera berkumpul lagi dengan kami. Walau kami tahu, mungkin bukan hanya membutuhkan waktu sebulan untuk menghafalkan Al-Qur’an dengan serius. Tapi, kami hanya bisa membekalinya dengan doa. Berkumpul atau tidaknya kami dengan Pak Akhmad, itu tergantung kehendak Allah. Lama atau tidaknya kami semua berpisah, semua juga kami serahkan kepada Allah. Kami semua hanya bisa berdoa.
SeLaMaT JaLaN PaK AkhMaD, SeMoGa SukSes…


Sabtu 9 September 2006

Hari ini aku ikut ke Kraton bareng adek-adek SMP. Ugh..Solo emang panas banget. Aku ngehabisin uang hanya buat beli es, minuman, pokoknya yang seger-seger. Adek-adek kelas banyak yang shoping-shoping. Setelah ke kraton, kami menuju ke Sangiran, museum purbakala itu lho. Wuah…aku bener-bener bosan. Acaranya ngebosenin. Nggak ada yang menarik sama sekali. Coz, aku dah capek banget. Mana gerah lagi….
Tapi seru juga sih di busnya. Soalnya rame banget. Ada yang ketawa ada yang nyanyi-nyanyi. KEMPRICIK gitu dah.
Saat menuju perjalanan pulang, aku baru ingat kalau hari ini adalah hari dimana Pak Achmad akan meninggalkan sekolah.
Akhirnya, kupungut hpku dan kirim SMS untuk menyanyakan tentang keberangkatannya. Satu dua menit aku menunggu, tapi tetap saja belum terkirim. Masih saja tunda. Kemudian aku MC, dan…nomornya sudah nggak aktif. Artinya? Artinya Pak Akhmad memang sudah berangkat.
Aku coba Tanya ke temen-temen yang lain, mereka juga nggak tahu kapan keberangkatannya.
LLL

Minggu 17 September 2006

Hari ini merupakan hari ulang tahun Kana. Karena ini adalah hari Minggu, so aku nggak ketemu Kana di sekolah. Yah, biasanya sih dia menyempatkan diri untuk ngenet. Cuman, nggak tahu kenapa tadi kebetulan aja Kana nggak ke sekolah. Ya udah, aku ngucapin selametnya lewat e-mail. Aku jadi inget tahun lalu. Tahun lalu aku tuh ngeberi ucapan selamat buat Kana lewat presentasi yang aku beri efek dan aku desain biar keliatan indah banget. Terus sound tracknya aku ambil dari lagu selamat ulang tahunnya Jambrud. Setelah itu, di sesi terakhir aku beri fotoku dengan foto Kana. Sekarang, aku cuman ngeberi dia ucapan selamat dengan kata-kata lewat e-mail di Yahoo.
Dee… tahu nggak? Aku tuh lagi bingung nih. Aku kan bikin novel dengan nama yang aku ambil dari nama anak-anak alternatif. Tapi nama pemain utamanya aku buat sendiri. Nah, disitu yang berperan banyak dengan pemeran utama adalah seorang anak yang bernama Yadi, Selamet Riyadi. Anehnya, hampir semua kejadian dalam novel sama persis dengan kejadiannya. Dan hampir semua karakter yadi yang aku tulis di Novel hampir sama dengan karakter Yadi yang sesungguhnya. Gimana coba? Kayanya besok, aku mau suruh dia buat baca dulu. Kalau dia nggak setuju dengan adegannya, yah aku bisa ubah atau kalau enggak ya ganti nama. Tapi, kayanya kalau ganti nama bakalan repot banget. Soalnya nama Yadi sering muncul di beberapa sesi. Gimana dong? Yah… moga-moga aja deh, si Yadi mau menerimanya. Toh itu cuman novel, dan cerita fiksi lagi. Terlebih lagi novel itu settingnya beda dengan keadaannya.
Besok ada Nyadran. Kira-kira libur nggak ya? Aku sih udah nyiapin bahan untuk ngajar English Morning besok. Moga-moga aja seru… Amin.
Udah menjelang Ramadhan, kayanya aku musti buat jadwal-jadwal yang baru nih. Biar Ramadhan kali ini lebih berkesan dari hari-hari biasa.
Tadi pas aku buka e-mail, ada e-mail banyak banget. Sekitar 33 e-mail. Salah satunya adalah dari Nita. Dia curhat banyak banget.

Senin 18 September 2006
Hari ini aku udah cerita semua tentang novelku ma Selamet riYadi. Tadinya sih, aku ceritanya cuman ma Selamet doang, waktu abis English Morning. Tapi tak lama kemudian, temen-temen kelas satu pada berkerumun dan ikut dengerin cerita. Akhirnya, terbentuklah sebuah kursi melingkar. Setelah aku bercerita, gantian deh mereka yang gantian cerita. Tapi nggak lama kemudian aku cabut, soalnya kelas creative kan mau masuk.

TEATERku…
SELASA, 6 FEBRUARY 2007
Minggu kemarin, adalah hari terakhir dari pelatihan pertama teater GEDHEK, kelompok teater yang baru kami buat sebulan yang lalu. Hari terakhir teater, memang hari yang melelahkan juga. Karena semua peserta harus menyiapkan tampilan teater untuk malamnya.

Aku satu kelompok dengan Mb Maya. Parahnya aku kebagian peran seorang Ibu. Dan anak dari Ibu tadi adalah Yubi, siswa dari Balik Papan yang baru beberapa hari berada di sekolah Alternatif.

Hampir seharian penuh, waktu digunakan untuk Latihan pemeran utama. Ya si Yubi tadi. Aku sampe capek ngeliat dia acting. Rada susah sih, tipikal anak kayak Yubi disuruh acting serius. SUSAH… apalagi ada Ipul yang ngebuat si Yubi ketawa terus.

Di situ Ipul, membantu kelompokku biar si pemeran antagonis bisa ketawa lepas. Eh, giliran pemaen antagonis bisa sukses ketawanya, si pemeran utama malah jadi ikutan ketawa gitu.

Sore menjelang. Latihan Yubi jadi anak serius baru kelar. Aku cabut pulang gitu aja, meski sebenernya aku belom latian. Tapi kan aku dah rada apal sama naskahnya.

Malamnya, badanku terasa kurang enak. Kepalaku pusing, dan pilek lagi. Ba’da Maghrib aku disms, disuruh ke skeolah. Ada latian lagi. Karena itu aku bela-belain berangkat ke skul.

Sampe skul, aku cabut ke rumah Mbah Lam. Di situ udah banyak anak yang lagi makan nasi goreng. Aku ngikut makan juga.

Sehabis Isa’, kami latian lagi. DAN TERNYATA, property kelompokku belum siap. Belum buat panggung lagi. Kata Mb Maya sih, kita nebeng kelompoknya Amri. Karena itu, sekalian aja kita latian di panggung yang dibuat Amri dkk.

Suasana panggung yang tadi sepi jadi riuh, dipenuhi orang-orang dari kelompok kami. Aku sama Yubi latian serius di situ. Sampai akhirnya kami mendengar kalau Amri marah besar. Tak lain dan tak bukan adalah karena propertynya yang ancur berantakan. Merasa bersalah, kami keluar.

Aku sempat menghampiri Amri yang udah masa wajah kecewa. Mau menghibur, nampaknya susah. Minta maaf rasanya nggak cukup. Kuputuskan untuk pergi, cari tempat yang nyaman. Aku melangkah ke kelas full colour.

Lama setelah itu tim Amri jadi pada ribut. Yang udah berkostum juga ikut-ikutan marah sama Mb Maya. Mb Maya kan sutradara kelompokku.

Kami mau memperbaiki, tapi mereka tidak memperbolehkannya. Ya maklum, mereka-lah yang lebih tahu desain panggungnya. Tapi apa daya, mereka juga bingung. Karena waktu pentas tinggal sebentar, sementara panggung sudah acak-acakan.

Jujur, aku merasa salah banget. Tapi tak seharusnya konflik semacam ini terjadi. Kita semua satu. Satu dalam kelompok teter GEDHEK. Ya.. biarpun begitu aku mengerti, Amri pasti kecewa lantaran kerja kerasnya merasa kurang dihargai.

Pak Mujab, pendamping teater kami, datang. Semua kumpul di kelas full colour. Membicarakan semuanya. Masalah, alasan, perasaan dan solusi akhir dibicarakan saat itu juga. Waktu terus berlalu, sudah jam delapan lebih. Parahnya kelompokku belum siap panggung. Aku juga belum latihan secara tuntas.

Akhirnya diputuskan pementasan dimulai jam setengah sepuluh malam. Waktu yang tersedia digunakan untuk desain panggung ulang. Teman-teman dari kelompokku yang bagian property ikut membantu. Dan semua pemeran kembali latihan.

Semua ribut ke sana kemari, bolak-balik terus, aktif, WUAH JADI MUMET SENDIRI.
JERERERENG….. semua siap. Pementasan dimulai. Pementasan pertama adalah dari Anak Angin, kelompok Amri. Begitu tirai dibuka, semua anggota pemain telah tampak, semua memperkenalkan diri satu persatu. Tirai ditutup, lampu dimatikan.

Lama setelah itu, tirai dibuka, remang-remang mualai ada cahaya. Panggung sederhana itu mulai terlihat mempesona. Property yang sukse, pikirku. Serangkaian lilin, lampu teplok, dan berbagai setting terlihat sangat hidup. Semua adegan benar-benar mengejutkan penonton. Bahkan ketika ada adegan disko, suasana sangat rancak. Dua lampu yang dibut hidup-mati..hidup mati… Terkesar sangar. Musik dari Lagu-nya kotak yang sendiri mengalun mengiringi per adegan. Mengharukan… dalam hati memang masih tersimpan rasa bersalah. Tapi aku turut bangga pada mereka.

“GEDHEK AKAN SUKSES!” batinku. Kuberi tepuk tangan tanda bangga. Dari acting, property, musik, samai kostum, semuanya keren. SELESAI, giliran kelompokku yang maju. Minder sih sama mereka, tapi aku cuek aja. Aku nggak boleh gugup, pokoknya musti pede dan acting semaksimal mungkin.

Pertama, aku mulai membacakan prolognya, ya… udah mirip kaya puisi gitulah. Lega rasanya, akhirnya aku kembali membacakan puisi… kangen banget. Soalnya sudah hampir satu tahun aku nggak pernah baca puisi kaya gitu.

Begitu puisi selesai, tirai ditutup. Disusul suara Yubi menyeru “WO am I, MOM!”
Suara lantang menggema di sela sunyi. Tirai dibuka, Lagu dari MCR yang welcome to my black parade mengikuti adegan berikutnya.

Pertunjukan teater kelompokku selesai dengan hasil yang lumayan. Acara pentas dilanjutkan di ruang atas. Yah, pemain tak lagi jadi dua kelompok. Tapi semua jadi satu kembali. Semua sudah menyiapkan pementasan masing-masing dengan kelompok yang kembali acak. LUCU, semuanya kocak. Ada yang jadi jablay, kuntilanak, pocong, kiai, presenter, artis, dan banyak bagnet.

Yah, paling tidak aku sudah lega dengan semua ini. Konflik tadi hanya terjadi sesaat. Kebersamaan telah pulih, masalah terlupakan, semua tertawa, semua kembali ceria. Tak ada perbedaan antar kelompok lagi, karena kami adalah satu di GEDHEK.